Home

Info Terkini

Tuesday, June 18, 2013

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENULIS KEPADA ANAK USIA DINI



MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENULIS KEPADA ANAK USIA DINI

Prasasti Budhi Utami

Abstract. Writing activity is always thought as a difficult activity. Many people think that writing activity can be done only by the intellectual ones. This perception eventually changes. Nowadays, there a number of early age children and teenager whose writing are good and sold out. Those become the proof that writing is not difficult anymore if we want to develop it since the early age childhood.

Keyword: early age children, motivation, writing ability

Pada dasarnya manusia dilahirkan di dunia ini memiliki sejumlah kelebihan (kemampuan) dan kekurangan atau kelemahan. Manusia yang berpikir positif akan lebih melihat ke arah kelebihan dan kemampuan yang dimiliki agar dapat berkembang menjadi lebih baik. Bicara tentang kemampuan manusia, nampaknya sulit untuk mengetahui berapa jumlah atau variasi dan bentuknya. Mulai dari fisik, kekuatan pikiran (inteligensi, kreatifitas, kemampuan khusus: akademis, menulis atau komunikasi) dan lain-lainnya. Bahkan kelemahan yang dimiliki bisa menjadi sebuah kemampuan jika mampu dikelola dengan baik.

Menulis merupakan satu kemampuan yang sampai saat ini masih dikategorikan sebagai suatu kegiatan yang sulit karena terkesan ilmiah sehingga tidak banyak orang mau melakukannya. Melalui tulisan, cara berfikir atau penalaran seseorang dapat terlihat dan terdokumentasi. Ada juga yang berpendapat bahwa kualitas dan kuantitas tulisan menggambarkan kecerdasan seseorang. Melalui tulisan pula seseorang dapat mengubah pandangan orang lain, dapat mempengaruhi pendapat masyarakat, mengkomunikasikan ide dan gagasannya, mewariskan ilmu dan pengalamannya, dan dapat mengubah peradaban dunia. Padahal bila dicermati, dengan menulis maka orang bisa menjadi kaya akan informasi karena akan menjadi gemar membaca. Bahkan kegiatan menulis, dapat menghasilkan pendapatan (uang). Kegiatan menulis tidak hanya dilakukan oleh seorang profesor, dosen atau orang dewasa.

Saat ini, sudah terdapat beberapa teladan penulis ”cilik” yang mampu membuat sebuah karya, buku cerita dan mendapatkan penghargaan. Tokoh cilik itu, di antaranya: Aini (buku cerita: nasi untuk kakek), Izzati (melalui bukunya kado untuk Umi), dan Faiz (dengan kumpulan puisinya untuk bunda dan dunia) Nampaknya kemampuan menulis dapat dideteksi dan dikembangkan sejak dini.

KEGUNAAN KEMAMPUAN MENULIS
Tutor sering mengatakan pada muridnya bahwa menulis adalah berfikir (Levy 2005). Hal menjadikan anak malas untuk melakukannya karena terkesan berat, serius dan tidak menyenangkan. Image inilah yang harus segera dihapus karena ternyata menulis dapat memberikan efek positif yang banyak sekali (Steven, 2005). Dengan menulis buku harian misalnya seseorang dapat mengekspresikan segala perasaan (kebahagiaan bahkan kejengkelan). Hal ini merupakan salah satu bentuk terapi untuk mengurangi ketegangan pikiran dan perasaan diri.
Shaughnessy (2004) menyatakan menulis dapat menjadi terapi untuk orang-orang yang mengalami depresi, bahkan mencegah depresi karena dengan menulis bisa melawan kekosongan dan membebaskan diri dengan mengekspresikan kegelisahan hati dan pikiran lewat tulisan. Bahkan dapat pula menjadi pengontrol perilaku, karena setelah membaca kejadian-kejadian sebelumnya bisa jadi dapat menyejukkan hati dan pikiran.
Ide-ide cemerlang dapat terekspresikan tanpa ada rasa malu atau ragu jika dinyatakan dalam bentuk tulisan. Secara tidak langsung, kegiatan menulis dapat dijadikan sebagai latihan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri, dengan orang lain. Lambat laun orang yang kaya akan kata-kata dan berusaha menuliskannya dalam sebuah karya dapat mengarahkannya untuk dapat berpikir sistematis. Selanjutnya jika kegiatan menulis diasah terus dapat menjadikan seorang penulis yang ulung. Baik itu penulis cerpen, puisi ataupun artikel ilmiah. Kebiasaan ini tampaknya dapat dikembangkan sejak anak-anak, sehingga ketika mereka menginjak remaja, ia siap untuk mengembangkan kemampuan tersebut. Sudah banyak contoh para ahli dalam suatu bidang, ternyata terdeteksi dan ditekuni sejak dini.

MEMAHAMI DUNIA ANAK
Penting untuk dipahami bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Oleh karena itu kegiatan membaca dan menulis misalnya dapat dilakukan sesuai kemampuan anak dengan cara bermain. Glenn Doman (dalam Aini, 2006) mencetuskan ide revolusionernya lewat buku How to teach Your Baby to read. menganjurkan agar para bayi atau anak yang diajak menjalankan kegiatan membaca harus tetap berada dalam keadaan senang, tidak tertekan. Jika terlihat tanda-tanda si anak mulai tidak nyaman, maka kegiatan tersebut harus segera dihentikan.
Memperkenalkan buku pada anak, dapat dilakukan seperti halnya mengenalkan mainan pada anak. Saat ini sudah banyak buku-buku yang cukup kreatif kemasannya (buku dikemas seperti mainan atau benda tertentu) sehingga bukan suatu masalah yang besar lagi tentang hal ini. Biasakan anak selalu dekat dengan buku dalam aktifitasnya sehingga ia sangat familiar dan mungkin juga akan ketagihan dengan buku.
Selanjutnya bila ingin memfasilitasi kemampuan menulis, maka terlebih dahulu harus memahami kondisi psikologis anak (hal-hal apa yang disukai dan tidak disukai oleh mereka). Anak-anak senang dengan sesuatu yang bernuansa ceria sehingga alat tulis yang hendak diberikan sebaiknya berwarna-warni, demikian juga dengan kertas atau buku, anak-anak suka pada hal-hal yang lucu dan lebih menyukai sesuatu yang melibatkan fantasinya. Buku-buku bacaan yang dibelikan seyogyanya memberi kesan mengasyikkan dan tetap dalam konteks kegiatan bermain.
Bermain juga merupakan persiapan untuk bekerja. Kalau mulanya bermain dilakukan hanya untuk mencari kesenangan, lambat laun hal ini akan berubah. Seiring dengan bertambahnya usia dan pembelajaran anak, kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan ini akan memiliki tujuan lain. Misalnya, penghargaan, prestasi, kompetisi bahkan materi. (Aini 2006)

MEMOTIVASI ANAK PADA KEGIATAN MENULIS
Peran orangtua sangat penting dalam mengembangkan kemampuan anak. Usia anak lebih senang dimotivasi melalui pujian dari pada kritikan. Pada anak-anak tertentu, kritikan justru membuatnya rendah diri dan malu sehingga dapat menghambat kemampuannya bahkan mungkin ia menjadi tidak ekspresif lagi. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh orangtua dalam memberikan motivasi anak.
Salah satunya adalah mendokumentasikan hasil karya dari si anak sehingga ia mengetahui kemajuan atau peningkatan kemampuan yang ia miliki. Jika memungkinkan berikan sebuah ruangan khusus bagi anak untuk menempelkan gambar-gambar yang menurutnya menarik, menempelkan hasil karyanya atau tempat khusus untuk mengkoleksi barang-barang kesukaannya. Berikan ruangan untuk kebebasan berekspresi. Mensetting ruangan membaca seperti ruang bermain.
”Bagaimana anak kita sebenarnya mencerminkan bagaimana diri kita”. Kalimat ini menuntut orangtua khususnya agar dapat menjadi contoh bagi anak-anak. Mengutip kalimat Hernowo (Aini 2006) yang menyatakan anak adalah manusia anti teori, mereka tidak kenal lelah bagai mesin fotokopi yang bekerja meniru apa saja yang dilihatnya. Jika orangtua atau lingkungan sosial sekitarnya senang bergelut dengan buku, menghargai buku (menyampulnya, menatanya dengan rapi, mengkoleksinya dengan baik) maka anak-anak juga akan berusaha demikian. Sebaiknya anak juga dilibatkan ketika melakukan kegiatan yang berhubungan dengan buku, misalnya mensampul buku, jalan-jalan ke toko buku bersama, biarkan ia melihat dan memilih buku-buku yang mereka sukai.
Selain itu, tunjukkan arti penting buku, dengan cara mendiskusikannya, menceritakan kriteria buku yang bagus, menganalisis atau mengkritisi buku. Di samping itu, jadikan buku sebagai kado di hari istimewanya. Atau ketika bepergian keluar kota. Jangan lupa oleh-oleh untuk si kecil selain mainan atau makanan juga buku. Ajarkan anak untuk menabung dan membeli buku sendiri. Ketika akan melakukan aktivitas perjalanan jauh, nampaknya juga harus membawa bekal buku dengan topik-topik ringan dan menyenangkan.




MENGGALI KREATIFITAS ANAK
Untuk menggali kreativitas anak, orangtua dapat melakukan dengan sekreatif mungkin, misal membuat mading (majalah dinding) di rumah dengan menempelkan hal-hal yang lucu, menarik dan berkaitan dengan anak-anak. Bahan bisa dari orangtua maupun dari anak-anak sendiri. Bahan sebaiknya disesuaikan dengan minat si anak. Misalnya ia suka sepak bola, berikan gambar-gambar atau benda-benda yang berkenaan dengan sepak bola.
Ketika anak-anak lagi asyik membaca sebaiknya jangan diganggu. Jika orang tua memiliki waktu yang cukup waktu ajak anak diskusi tentang isi buku, sangat mungkin anak akan menjadi ketagihan dengan aktivitas membaca. Selanjutnya arahkan anak dengan kegiatan menulis. Kegiatan menulis dapat dimulai dengan membiasakan ia menceritakan perasaan atau pikirannya melalui selembar kertas dengan pena atau pensil warna agar lebih menarik. Selanjutnya dapat dilatihkan si anak menuliskan cerita yang pernah ia dengar, lihat atau baca, fantasi atau ide-idenya. Hal ini mengajarkan anak untuk sistematis dalam berpikir dan mengexpresikan dalam tulisan. orangtua juga perlu merangsang keingintahuan anak, dengan cara memberikan suasana yang beda sehingga ia akan merasa asing dan banyak bertanya. Sebaiknya juga, pertanyaan anak tidak semua dijawab, beri kesempatan juga ia mencari jawaban sendiri.
Jika anak tampak mulai tertarik, serius dengan aktivitas menulis, orangtua dapat mengarahkan misalnya dengan membantu mengirimkan hasil karyanya ke majalah atau koran, jika hasil karyanya dimuat maka pasti ia akan merasa senang dan bangga. Dapat juga mendorongnya mengikuti berbagai lomba sebagai lahan kompetisi untuk bersikap sportiv dalam memahami kemenangan dan kekalahan, disamping dapat menambah pengalamannya melihat karya-karya orang lain. Bahkan jika anak sudah nampak serius dengan kegiatan ini tapi tampaknya kemampuannya kurang optimal maka sebaiknya diarahkan untuk mengikutkannya dengan kegiatan kursus menulis.
Namun demikian yang perlu diingat adalah jangan sampai orangtua ”kebablasan” dalam menyalurkan kemampuan anak yakni tidak terasa mengeksploitasinya karena ternyata anak dapat banyak menghasilkan keuntungan dibidang finansial.




MENGENALI TAHAPAN USIA DINI DALAM BERKREASI
Aini (2006) menyatakan bahwa menumbuhkan kemampuan anak adalah perjalanan panjang sehingga cukup melelahkan karena menyita banyak waktu, tenaga dan pikiran kita. Namun sebaiknya bagi orangtua memilih untuk capek di depan (memulai ketika anak pada saat usia dini) dari pada ketika mereka sudah besar. Berikut ini tahapan-tahapan yang dapat dilakukan orangtua dalam memupuk minat baca tulis agar berkembang optimal:
1.      Usia 0-3 bulan, Bahasa buku dapat diperdengarkan melalui lisan. Pada tahap usia ini merupakan awal yang bagus untuk melatih konsentrasi anak dalam memerdengarkan perkataan.
2.      Usia 3-6 bulan, perkenalkan fisik buku, beri kesempatan mereka untuk memegang, jangan risau bila mereka meremas atau menggigitnya. Adapun jenis bukunya, intinya adalah membuat bayi familiar dengan buku. Buku bisa dipersepsikan oleh anak sebagai mainan.
3.      Usia 6-9 bulan, pada usia ini bayi mulai cenderung memperhatikan tampilan visualisasi yang tajam dan warna-warna yang atraktif. Jadi buku yang memiliki visualisasi yang tajam dan warna-warni yang atraktif cenderung diminati oleh anak.
4.      Usia 9 -12 bulan, bayi senang mengambil benda-benda yang ia minati. Berikan stimulasi: banyak buku di beberapa tempat. Jika ia memberikan buku itu kepada kita, maka bacakanlah buku itu untuknya. Sebagian bayi mengulangi bunyi yang kita perdengarkan.
5.      Usia 12-15 bulan, berikan kertas kosong dan mengajaknya menggoreskan alat tulis di atas kertas tersebut. Jangan risau jika mereka menyobek atau menggigitnya.
6.      Usia 1,5-2,5 tahun, buku-buku bergambar dengan tulisan mengenai gambar tersebut menarik minat anak. Buku-buku tersebut memiliki kalimat yang ditulis berulang, sehingga anak dapat menebak isi selanjutnya. Jangan risau jika buku tersebut disobek.
7.      Usia 2,5-4 tahun, pada usia ini sebagian anak sudah bisa membaca bahkan menulis. Fasilitasi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan anak. Pilihkan buku-buku yang bergizi. Untuk membuat anak tetap termotivasi menulis atau menggambar, ada baiknya memajang karya anak.
PENUTUP
Anak merupakan amanah, mengembangkan kemampuan mereka merupakan sebuah kewajiban sebagai orangtua. Kegiatan menulis merupakan salah satu alternatif kegiatan yang nampaknya sulit dilakukan namun ternyata dapat dilakukan jika dibiasakan sejak dini. Banyak sekali manfaat positif yang didapat diperoleh jika kegiatan menulis dikembangkan. Satu hal yang harus tetap diingat, jangan pisahkan aktivitas ini dari dunia anak yang utama, yaitu bermain.

DAFTAR PUSTAKA
Aini, Ibunda.2006. Membaca dan Menulis Seasyik Bermain. Bandung: Read
Herwono.2006.Menjadi Tutor yang Mau dan Mampu Membuat Buku. Bandung: Mizan Learning Center.
Levy, M. 2005. Menjadi Genius dengan Menulis. Bandung: Kaifa.
Muliawan, Ungguh. 2009. Manajemen Play Group dan Taman Kanak-Kanak. Yogyakarta: Diva Press.
Shaughnessy, S. 2004. Berani Ekspresi: Aku Bisa Menulis, Buku Meditasi untuk Para Penulis. Bandung: Mizan Learning Center.
Stevens, C. 2005. Buku Hatiku; Kiat-Kiat Mengasyikkan dalam Memanfaatkan dan Mengisi Catatan Harian. Bandung: Mizan Learning Center.
Sudjana SF, Djudju. (1983). Pendidikan Nonformal (Wawasan-Sejarah-Azas), Theme, Bandung.
Tilaar, H.A.R (1997) Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Era Globalisasi, Grasindo, Jakarta: Cetakan Pertama.

No comments:

Post a Comment