MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENULIS KEPADA ANAK USIA DINI
Prasasti
Budhi Utami
Abstract. Writing activity is always thought as a difficult activity. Many people think that writing activity can be done only by the intellectual ones. This perception eventually changes. Nowadays, there a number of early age children and teenager whose writing are good and sold out. Those become the proof that writing is not difficult anymore if we want to develop it since the early age childhood.
Keyword: early age children, motivation, writing ability
Pada dasarnya manusia dilahirkan di dunia ini memiliki sejumlah
kelebihan (kemampuan) dan kekurangan atau kelemahan. Manusia yang berpikir
positif akan lebih melihat ke arah kelebihan dan kemampuan yang dimiliki agar
dapat berkembang menjadi lebih baik. Bicara tentang kemampuan manusia,
nampaknya sulit untuk mengetahui berapa jumlah atau variasi dan bentuknya.
Mulai dari fisik, kekuatan pikiran (inteligensi, kreatifitas, kemampuan khusus:
akademis, menulis atau komunikasi) dan lain-lainnya. Bahkan kelemahan yang
dimiliki bisa menjadi sebuah kemampuan jika mampu dikelola dengan baik.
Menulis merupakan satu kemampuan yang sampai saat ini masih
dikategorikan sebagai suatu kegiatan yang sulit karena terkesan ilmiah sehingga
tidak banyak orang mau melakukannya. Melalui tulisan, cara berfikir atau
penalaran seseorang dapat terlihat dan terdokumentasi. Ada juga yang
berpendapat bahwa kualitas dan kuantitas tulisan menggambarkan kecerdasan
seseorang. Melalui tulisan pula seseorang dapat mengubah pandangan orang lain,
dapat mempengaruhi pendapat masyarakat, mengkomunikasikan ide dan gagasannya,
mewariskan ilmu dan pengalamannya, dan dapat mengubah peradaban dunia. Padahal
bila dicermati, dengan menulis maka orang bisa menjadi kaya akan informasi
karena akan menjadi gemar membaca. Bahkan kegiatan menulis, dapat menghasilkan
pendapatan (uang). Kegiatan menulis tidak hanya dilakukan oleh seorang
profesor, dosen atau orang dewasa.
Saat ini, sudah terdapat beberapa teladan penulis ”cilik” yang mampu
membuat sebuah karya, buku cerita dan mendapatkan penghargaan. Tokoh cilik itu,
di antaranya: Aini (buku cerita: nasi untuk kakek), Izzati (melalui bukunya
kado untuk Umi), dan Faiz (dengan kumpulan puisinya untuk bunda dan dunia)
Nampaknya kemampuan menulis dapat dideteksi dan dikembangkan sejak dini.
KEGUNAAN KEMAMPUAN MENULIS
Tutor sering mengatakan pada muridnya bahwa menulis adalah berfikir
(Levy 2005). Hal menjadikan anak
malas untuk melakukannya karena terkesan berat, serius dan tidak menyenangkan.
Image inilah yang harus segera dihapus karena ternyata menulis dapat memberikan
efek positif yang banyak sekali (Steven, 2005). Dengan menulis buku harian
misalnya seseorang dapat mengekspresikan segala perasaan (kebahagiaan bahkan
kejengkelan). Hal ini merupakan salah satu bentuk terapi untuk mengurangi
ketegangan pikiran dan perasaan diri.
Shaughnessy (2004) menyatakan menulis dapat menjadi terapi untuk orang-orang
yang mengalami depresi, bahkan mencegah depresi karena dengan menulis bisa
melawan kekosongan dan membebaskan diri dengan mengekspresikan kegelisahan hati
dan pikiran lewat tulisan. Bahkan dapat pula menjadi pengontrol perilaku,
karena setelah membaca kejadian-kejadian sebelumnya bisa jadi dapat menyejukkan
hati dan pikiran.
Ide-ide cemerlang dapat terekspresikan tanpa ada rasa malu atau ragu
jika dinyatakan dalam bentuk tulisan. Secara tidak langsung, kegiatan menulis
dapat dijadikan sebagai latihan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri, dengan
orang lain. Lambat laun orang yang kaya akan kata-kata dan berusaha
menuliskannya dalam sebuah karya dapat mengarahkannya untuk dapat berpikir
sistematis. Selanjutnya jika kegiatan menulis diasah terus dapat menjadikan
seorang penulis yang ulung. Baik itu penulis cerpen, puisi ataupun artikel ilmiah.
Kebiasaan ini tampaknya dapat dikembangkan sejak anak-anak, sehingga ketika
mereka menginjak remaja, ia siap untuk mengembangkan kemampuan tersebut. Sudah
banyak contoh para ahli dalam suatu bidang, ternyata terdeteksi dan ditekuni
sejak dini.
MEMAHAMI DUNIA ANAK
Penting untuk dipahami bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Oleh
karena itu kegiatan membaca dan menulis misalnya dapat dilakukan sesuai
kemampuan anak dengan cara bermain. Glenn
Doman (dalam Aini, 2006) mencetuskan ide revolusionernya lewat buku How to teach Your Baby to read.
menganjurkan agar para bayi atau anak yang diajak menjalankan kegiatan membaca
harus tetap berada dalam keadaan senang, tidak tertekan. Jika terlihat
tanda-tanda si anak mulai tidak nyaman, maka kegiatan tersebut harus segera
dihentikan.
Memperkenalkan buku pada anak, dapat dilakukan seperti halnya
mengenalkan mainan pada anak. Saat ini sudah banyak buku-buku yang cukup
kreatif kemasannya (buku dikemas seperti mainan atau benda tertentu) sehingga
bukan suatu masalah yang besar lagi tentang hal ini. Biasakan anak selalu dekat
dengan buku dalam aktifitasnya sehingga ia sangat familiar dan mungkin juga
akan ketagihan dengan buku.
Selanjutnya bila ingin memfasilitasi kemampuan menulis, maka
terlebih dahulu harus memahami kondisi psikologis anak (hal-hal apa yang
disukai dan tidak disukai oleh mereka). Anak-anak senang dengan sesuatu yang
bernuansa ceria sehingga alat tulis yang hendak diberikan sebaiknya
berwarna-warni, demikian juga dengan kertas atau buku, anak-anak suka pada
hal-hal yang lucu dan lebih menyukai sesuatu yang melibatkan fantasinya.
Buku-buku bacaan yang dibelikan seyogyanya memberi kesan mengasyikkan dan tetap
dalam konteks kegiatan bermain.
Bermain juga merupakan persiapan untuk bekerja. Kalau mulanya bermain
dilakukan hanya untuk mencari kesenangan, lambat laun hal ini akan berubah.
Seiring dengan bertambahnya usia dan pembelajaran anak, kegiatan yang dilakukan
untuk kesenangan ini akan memiliki tujuan lain. Misalnya, penghargaan,
prestasi, kompetisi bahkan materi. (Aini 2006)
MEMOTIVASI ANAK PADA KEGIATAN MENULIS
Peran orangtua sangat penting dalam mengembangkan kemampuan anak.
Usia anak lebih senang dimotivasi melalui pujian dari pada kritikan. Pada
anak-anak tertentu, kritikan justru membuatnya rendah diri dan malu sehingga
dapat menghambat kemampuannya bahkan mungkin ia menjadi tidak ekspresif lagi.
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh orangtua dalam memberikan motivasi anak.
Salah satunya adalah mendokumentasikan hasil karya dari si anak
sehingga ia mengetahui kemajuan atau peningkatan kemampuan yang ia miliki. Jika
memungkinkan berikan sebuah ruangan khusus bagi anak untuk menempelkan
gambar-gambar yang menurutnya menarik, menempelkan hasil karyanya atau tempat
khusus untuk mengkoleksi barang-barang kesukaannya. Berikan ruangan untuk
kebebasan berekspresi. Mensetting ruangan membaca seperti ruang bermain.
”Bagaimana anak kita sebenarnya mencerminkan bagaimana diri kita”. Kalimat ini menuntut orangtua khususnya agar dapat menjadi contoh
bagi anak-anak. Mengutip kalimat Hernowo (Aini 2006) yang menyatakan anak
adalah manusia anti teori, mereka tidak kenal lelah bagai mesin fotokopi yang
bekerja meniru apa saja yang dilihatnya. Jika orangtua atau lingkungan sosial
sekitarnya senang bergelut dengan buku, menghargai buku (menyampulnya,
menatanya dengan rapi, mengkoleksinya dengan baik) maka anak-anak juga akan
berusaha demikian. Sebaiknya anak juga dilibatkan ketika melakukan kegiatan
yang berhubungan dengan buku, misalnya mensampul buku, jalan-jalan ke toko buku
bersama, biarkan ia melihat dan memilih buku-buku yang mereka sukai.
Selain itu, tunjukkan arti penting buku, dengan cara
mendiskusikannya, menceritakan kriteria buku yang bagus, menganalisis atau
mengkritisi buku. Di samping itu, jadikan buku sebagai kado di hari
istimewanya. Atau ketika bepergian keluar kota. Jangan lupa oleh-oleh untuk si kecil
selain mainan atau makanan juga buku. Ajarkan anak untuk menabung dan membeli
buku sendiri. Ketika akan melakukan aktivitas perjalanan jauh, nampaknya juga harus
membawa bekal buku dengan topik-topik ringan dan menyenangkan.
MENGGALI
KREATIFITAS ANAK
Untuk menggali kreativitas anak, orangtua dapat melakukan dengan
sekreatif mungkin, misal membuat mading (majalah dinding) di rumah dengan
menempelkan hal-hal yang lucu, menarik dan berkaitan dengan anak-anak. Bahan
bisa dari orangtua maupun dari anak-anak sendiri. Bahan sebaiknya disesuaikan
dengan minat si anak. Misalnya ia suka sepak bola, berikan gambar-gambar atau
benda-benda yang berkenaan dengan sepak bola.
Ketika anak-anak lagi asyik membaca sebaiknya jangan diganggu. Jika
orang tua memiliki waktu yang cukup waktu ajak anak diskusi tentang isi buku,
sangat mungkin anak akan menjadi ketagihan dengan aktivitas membaca.
Selanjutnya arahkan anak dengan kegiatan menulis. Kegiatan menulis dapat
dimulai dengan membiasakan ia menceritakan perasaan atau pikirannya melalui
selembar kertas dengan pena atau pensil warna agar lebih menarik. Selanjutnya
dapat dilatihkan si anak menuliskan cerita yang pernah ia dengar, lihat atau
baca, fantasi atau ide-idenya. Hal ini mengajarkan anak untuk sistematis dalam
berpikir dan mengexpresikan dalam tulisan. orangtua juga perlu merangsang
keingintahuan anak, dengan cara memberikan suasana yang beda sehingga ia akan
merasa asing dan banyak bertanya. Sebaiknya juga, pertanyaan anak tidak semua
dijawab, beri kesempatan juga ia mencari jawaban sendiri.
Jika anak tampak mulai tertarik, serius dengan aktivitas menulis,
orangtua dapat mengarahkan misalnya dengan membantu mengirimkan hasil karyanya
ke majalah atau koran, jika hasil karyanya dimuat maka pasti ia akan merasa
senang dan bangga. Dapat juga mendorongnya mengikuti berbagai lomba sebagai
lahan kompetisi untuk bersikap sportiv
dalam memahami kemenangan dan kekalahan, disamping dapat menambah pengalamannya
melihat karya-karya orang lain. Bahkan jika anak sudah nampak serius dengan
kegiatan ini tapi tampaknya kemampuannya kurang optimal maka sebaiknya
diarahkan untuk mengikutkannya dengan kegiatan kursus menulis.
Namun demikian yang perlu diingat adalah jangan sampai orangtua
”kebablasan” dalam menyalurkan kemampuan anak yakni tidak terasa
mengeksploitasinya karena ternyata anak dapat banyak menghasilkan keuntungan
dibidang finansial.
MENGENALI
TAHAPAN USIA DINI DALAM BERKREASI
Aini (2006) menyatakan bahwa menumbuhkan kemampuan anak adalah
perjalanan panjang sehingga cukup melelahkan karena menyita banyak waktu,
tenaga dan pikiran kita. Namun sebaiknya bagi orangtua memilih untuk capek di
depan (memulai ketika anak pada saat usia dini) dari pada ketika mereka sudah
besar. Berikut ini tahapan-tahapan yang dapat dilakukan orangtua dalam memupuk
minat baca tulis agar berkembang optimal:
1. Usia 0-3 bulan, Bahasa buku dapat
diperdengarkan melalui lisan. Pada tahap usia ini merupakan awal yang bagus
untuk melatih konsentrasi anak dalam memerdengarkan perkataan.
2. Usia 3-6 bulan, perkenalkan fisik
buku, beri kesempatan mereka untuk memegang, jangan risau bila mereka meremas
atau menggigitnya. Adapun jenis bukunya, intinya adalah membuat bayi familiar
dengan buku. Buku bisa dipersepsikan oleh anak sebagai mainan.
3. Usia 6-9 bulan, pada usia ini bayi
mulai cenderung memperhatikan tampilan visualisasi yang tajam dan warna-warna
yang atraktif. Jadi buku yang memiliki visualisasi yang tajam dan warna-warni
yang atraktif cenderung diminati oleh anak.
4. Usia 9 -12 bulan, bayi senang
mengambil benda-benda yang ia minati. Berikan stimulasi: banyak buku di
beberapa tempat. Jika ia memberikan buku itu kepada kita, maka bacakanlah buku
itu untuknya. Sebagian bayi mengulangi bunyi yang kita perdengarkan.
5. Usia 12-15 bulan, berikan kertas
kosong dan mengajaknya menggoreskan alat tulis di atas kertas tersebut. Jangan
risau jika mereka menyobek atau menggigitnya.
6. Usia 1,5-2,5 tahun, buku-buku
bergambar dengan tulisan mengenai gambar tersebut menarik minat anak. Buku-buku
tersebut memiliki kalimat yang ditulis berulang, sehingga anak dapat menebak
isi selanjutnya. Jangan risau jika buku tersebut disobek.
7. Usia 2,5-4 tahun, pada usia ini
sebagian anak sudah bisa membaca bahkan menulis. Fasilitasi sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan anak. Pilihkan buku-buku yang bergizi. Untuk membuat
anak tetap termotivasi menulis atau menggambar, ada baiknya memajang karya
anak.
PENUTUP
Anak merupakan amanah, mengembangkan kemampuan mereka merupakan sebuah kewajiban sebagai orangtua. Kegiatan menulis merupakan salah satu alternatif kegiatan yang nampaknya sulit dilakukan namun ternyata dapat dilakukan jika dibiasakan sejak dini. Banyak sekali manfaat positif yang didapat diperoleh jika kegiatan menulis dikembangkan. Satu hal yang harus tetap diingat, jangan pisahkan aktivitas ini dari dunia anak yang utama, yaitu bermain.
Anak merupakan amanah, mengembangkan kemampuan mereka merupakan sebuah kewajiban sebagai orangtua. Kegiatan menulis merupakan salah satu alternatif kegiatan yang nampaknya sulit dilakukan namun ternyata dapat dilakukan jika dibiasakan sejak dini. Banyak sekali manfaat positif yang didapat diperoleh jika kegiatan menulis dikembangkan. Satu hal yang harus tetap diingat, jangan pisahkan aktivitas ini dari dunia anak yang utama, yaitu bermain.
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Ibunda.2006. Membaca dan Menulis Seasyik Bermain.
Bandung: Read
Herwono.2006.Menjadi Tutor yang Mau dan Mampu Membuat
Buku. Bandung: Mizan Learning Center.
Levy, M. 2005. Menjadi Genius dengan Menulis.
Bandung: Kaifa.
Muliawan,
Ungguh. 2009. Manajemen Play Group dan
Taman Kanak-Kanak. Yogyakarta: Diva Press.
Shaughnessy, S. 2004. Berani Ekspresi: Aku Bisa Menulis,
Buku Meditasi untuk Para Penulis. Bandung: Mizan Learning Center.
Stevens, C. 2005. Buku Hatiku;
Kiat-Kiat Mengasyikkan dalam Memanfaatkan dan Mengisi Catatan Harian.
Bandung: Mizan Learning Center.
Sudjana SF, Djudju. (1983). Pendidikan Nonformal (Wawasan-Sejarah-Azas), Theme, Bandung.
Tilaar, H.A.R (1997) Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Era Globalisasi, Grasindo,
Jakarta: Cetakan Pertama.
No comments:
Post a Comment