Latar belakang keaksaraan dipandang sebagai hak digambarkan oleh
manfaat yang bisa dirasakan oleh pribadi, keluarga, masyarakat dan
negara. Apalagi, jelas dalam kehidupan masyarakat modern, ‘kemampuan
keaksaraan sangat dibutuhkan untuk menentukan pengambilan keputusan,
pengembangan pribadi, keterlibatan aktif dan pasif baik di tingkat lokal
maupun masyarakat global. Manfaat keaksaraan dapat dirasakan sejalan
dengan perluasan hak dan pengembangan di berbagai tempat dan pelaksanaan
secara efektif. Manfaat pribadi, misalnya, diujudkan melalui media
tertulis yang dapat ditemukan di kelompok masyarakat modern, dan manfaat
ekonomi secara luas dapat diujudkan melalui kerangka makroekonomi,
investasi bidang prasarana dan berbagai kebijakan pembangunan yang
relevan.
Dengan kata lain, berbagai keuntungan, seperti halnya pemberdayaan
perempuan, dan penanggulangan masalah lingkungan akan menampakkan
hasilnya jika disertai dukungan lingkungan sosial budaya yang kondusif.
Di lain pihak, pengaruh buruk keaksaraan dapat berkembang bergantung
pada pemanfaatan keaksaraan dibanding hakikat keaksaraan itu sendiri –
manfaat positif pun sepenuhnya bergantung pada media bagaimana
keaksaraan dibutuhkan dan dilakukan. Beberapa diantaranya dapat cukup
mengesankan. Misalnya, tuntutan keaksaraan dalam bahasa tulisan
menyebabkan dibatasinya bahasa lisan. Program keaksaraan dan media
tertulis lainnya dapat menjadi wahana agar setiap orang terlibat tanpa
ragu dalam percaturan sistem pandangan politik tertentu.
Beberapa pertimbangan tersendiri diperlukan dalam mengkaji
beberapa butir laporan di bawah ini. Secara sistematis, bukti manfaat
keaksaraan untuk alasan tertentu tidak dapat dengan gampang ditampilkan.
• Kebanyakan penelitian keaksaraan
menyatukannya dengan kegiatan belajar di sekolah dan kegiatan keaksaraan
orang dewasa. Pada umumnya, ditemukan ‘kecenderungan untuk
menyama-ratakan pengertian sekolah, pendidikan, keaksaraan dan
pengetahuan.
• Kurang sekali penelitian yang
ditujukan kepada program keaksaraan orang dewasa (sebagai padanan
pendidikan formal) termasuk kajian yang memperhatikan masalah wanita.
Sehingga muncul kesan keaksaraan orang dewasa dianggap tidak penting
dibandingkan dengan hal yang sama bagi anak-anak di pendidikan formal.
• Penelitian juga banyak dilakukan
terhadap pengaruh keaksaraan secara perorangan: jarang dijumpai
penelitian yang mengkaji dampak keaksaraan untuk keluarga, masyarakat,
bangsa dan kancah international.
• Beberapa kasus manfaat keaksaraan, misalnya bagi kebudayaan, masih sulit untuk dilakukan pengukurannya.
• Keaksaraan berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan masih belum konsisten dan data yang dianggap berkaitan
masih dirasakan mengambang.
Manfaat pendidikan secara umum yang pada saat sama menggarisbawahi
manfaat keaksaraan bagi orang dewasa. Keterbatasan bukti pendukung
hasil belajar pengetahuan program keaksaraan orang dewasa menjadikan
hasil belajar pendidikan ‘sekolah’ kerap dijadikan acuan. Kemampuan
kognisi yang dapat diukur memang telah digunakan atau setidaknya
dilakukan pengukuran berapa lama suatu pengaruh program masih bisa
dirasakan. Hasil dari kedua pengukuran tersebut merupakan prioritas
utama penelitian keaksaraan selama ini.
Perlu dijadikan catatan pula, program keaksaraan dewasa kini dapat
menciptakan lebih banyak hasil bermuatan khusus, katakan saja
penumbuhan kesadaran politik, pemberdayaan, refleksi kritis dan gerakan
massa yang tidak bisa dikelompokkan sebagai proses pendidikan ‘sekolah’
formal. Dalam hal ini, jelas keuntungan dalam mengikuti program
keaksaraan orang dewasa meliputi proses menimba pengalaman positif dan
keterlibatan dalam ruang kelompok masyarakat keaksaraan5. Hal yang
kurang mendapat porsi perhatian adalah manfaat pada dimensi pengembangan
kapasitas diri, termasuk keterlibatan sosial, kesertaan sosial dan
manfaat sosial lainnya.
Sehingga tanpa diragukan lagi dapat diakui seandainya manfaat
keaksaraan mencakup diri pribadi, politik, budaya, sosial dan ekonomi,
termasuk lingkungan.
Dua penelitian menyatakan bahwa manfaat keaksaraan terhadap
pertumbuhan ekonomi bergantung pada tahapan pencapaian derajat
keaksaraan. Azariadis dan Drazen (IBRD,2000) menemukan pengaruh
‘berangkai’: negara-negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang
menyakinkan sebagai dampak kebijakan alih teknologi, berhasil mencapai
angka keaksaraan lebih awal sekurang-kurangnya 40 %, sebagai temuan umum
penelitian modernisasi perekonomian era tahun 60-an. Sachs dan Warner
(IBRD,2000) memperlihatkan secara statistik hubungan kurva S pengaruh
maksimum dimana derajat keaksaraan mencapai tingkat tertinggi maupun
sebaliknya. Hasilnya, perubahan di tingkat tertinggi dan terendah sama
sekali tidak memberikan dampak pertumbuhan ekonomi, sedangkan pada
tingkat rata-rata memberikan dampak berarti di sejumlah negara
berkembang.
Sekalipun terdapat bukti keterkaitan keaksaraan dan pertumbuhan
ekonomi, mekanisme keduanya belum bisa dijelaskan lebih lanjut.
Belakangan sumbangan pendidikan terhadap efisiensi ekonomi justeru
terletak pada hal mendasar selama proses pertumbuhan itu berlangsung,
dimana teknologi baru dan tenaga ahli yang dihasilkan proses pendidikan
saling bersinggungan. Mereka yang memiliki kesempatan banyak memperoleh
pengetahuan, adalah mereka yang dapat menimba keuntungan ekonomi lebih
banyak.
Dengan demikian, derajat rerata keaksaraan suatu populasi
merupakan indikator sesungguhnya pertumbuhan bukan dengan melihat
persentase populasi dengan derajat keaksaraan paling tinggi. Dengan kata
lain, sebuah negara yang menonjolkan upaya penguatan kemampuan
keaksaraan masyarakatnya akan berhasil guna dalam menumbuhkan ekonomi
dan kesejahteraan dibanding dengan mengatasi kesenjangan antara kelompok
berkemampuan aksara tinggi dengan kelompok yang memiliki kemampuan
rendah.
No comments:
Post a Comment